Juni 1944, Perdana Menteri Hideki Tojo diganti oleh Perdana Menteri Kuniaki Koiso. Jepang mulai mengalami kemunduran semenjak Pulau Saipan jatuh ke tangan sekutu pada perang yang berlangsung tanggal 15 Juni - 9 Juli 1944. Pulau Saipan menjadi basis militer sekutu di kawasan Pasifik. Selanjutnya sekutu berhasil menguasai Kepulauan Salomon, Kepulauan Marshall, dan semenanjung Papua Nugini. Tujuannya adalah untuk memotong jalur komunikasi antara Jepang dan Indonesia.
Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso mengumumkan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dengan maksud untuk mencari simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang melawan sekutu.
Pada 1 Maret 1945, Panglima Tentara ke-16 Letjen Kumachi Harada, mengumumkan pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. Ditetapkan pada tanggal 1 April 1945 sekaligus pelantikan 76 anggota BPUPKI dimana tujuh diantaranya adalah orang Jepang. Ketuanya Dr. Radjiman Widyodiningrat dan wakilnya R.P. Soeroso dan Ichibanyase. Pada tanggal 24 Mei 1945 dilangsungkan peresmian BPUPKI di gedung Pejambon (sekarang Deplu) dengan mengibarkan bendera Jepang, Hinomaru oleh Pringgodigdo disusul bendera Indonesia, Merah-Putih oleh Toyohito Masuda.
Sidang ke-I BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945)
Tujuan sidang pertama BPUPKI adalah untuk mencari bentuk ideal dasar negara. Tokoh-tokoh yang memberikan pendapatnya tentang Rumusan Dasar Negara, anatara lain :
Mohammad Yamin (29 Mei 1945)
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Soepomo (31 Mei 1945)
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat
Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Pancasila (Lima Dasar)
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Trisila (Tiga Dasar)
1. Sosio Nasionalisme
2. Sosio Demokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Ekasila (Satu Dasar)
Gotong-royong
Awalnya disebut Pancadharma. Namun atas saran M. Yamin diubah menjadi Pancasila. Setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Selanjutnya BPUPKI membentuk panitia kecil beranggotakan sembilan orang, disebut dengan Panitia Sembilan. Tugasnya adalah mengolah konsep dasar negara yang diusulkan para anggota BPUPKI. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan merumuskan Pembukaan UUD 1945. Lahirlah Piagam Jakarta. Namun karena ada 7 buah kata yang tidak sesuai dengan semangat NKRI, yaitu "kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya" maka diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Fokus merumuskan rancangan UUD. Dibentuk panitia perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Berhasil merumuskan Rancangan UUD 1945, Pembukaan (Preambule) dan Batang Tubuh UUD.
Tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai.
Peristiwa Menjelang Proklamasi
6 Agustus 1945, Hirosima di bom atom (Little Boy) oleh Sekutu
8 Agustus 1945, Unisoviet menyatakan perang terhadap Jepang (pembalasan atas kekalahan pada perang tahun 1905 merebut Manchuria)
9 Agustus 1945, Nagasaki di bom atom (Fat Man) oleh Sekutu. Sementara Soekarno, Hatta, dan Radjiman berangkat ke Dallat, Vietnam memenuhi panggilan Jendral Terauchi.
Terauchi menyampaikan beberapa hal, antara lain :
- Dibentuk PPKI
- Wilayah negara baru (Indonesia) bekas seluruh wilayah Hindia Belanda
- Waktu kemerdekaan akan diumumkan disuatu tempat
- Pemerintah baru ditempatkan di Pulau Jawa
- Tuntutan pemerintah Jepang dipenuhi
- Soekarno menjadi ketua PPKI
15 Agustus 1945, Vacum of Power atau Kekosongan kekuasaan. Jepang tidak lagi berkuasa, sementara Sekutu sebagai penguasa baru belum tiba di Indonesia. Rombongan Soekarno kembali dari Vietnam. Setibanya di Jakarta, mereka langsung didatangi oleh golongan muda (Darwis dan Wikana). Golongan Muda mendesak agar Soekarno-Hatta (Golongan Tua) segera memproklamasikan kemerdekaan. Golongan Tua menolak dengan alasan tidak ingin terjadi pertumpahan darah dan memilih menunggu hadiah dari kemerdekaan dari Jepang. Sore harinya, Golongan Muda (dipimpin Sukarni) menculik Soekarno-Hatta dan membawanya ke Rengas Dengklok untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang.
16 Agustus 1945, Ahmad Soebardjo (ketua PETA) membawa pulang Soekarno-Hatta ke Jakarta dengan jaminan nyawa-nya untuk keselamatan Soekarno-Hatta. Keduanya dibawa ke rumah Laksamana Tadashi Maeda yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan para tokoh dengan maksud untuk menghindari kecurigaan pasukan Jepang. Sebelum merumuskan naskah Proklamasi, Soekarno-Hatta lebih dulu menemui kepala pemerintahan umum, Mayor Jendral Nishimura untuk menjajaki sikap Jepang tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Namun berakhir tanpa kesepakatan.
Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan teks Proklamasi disaksikan oleh B.M. Diah, Sukarni, Sudiro, dan Miyosi (utusan Jepang)
Kalimat pertama, "Kami Bangsa Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan Indonesia" diusulkan oleh Ahmad Subardjo.
Kalimat kedua "Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya", diusulkan oleh M. Hatta.
Soekarno berperan sebagai penulis teks Proklamasi.
Awalnya Soekarno mengusulkan agar naskah Proklamasi ditandatangani semua yang hadir (meniru naskah proklamasi Amerika Serikat), namun ditentang oleh Sukarni yang kemudian mengusulkan agar ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Selanjutnya, naskah diketik oleh Sayuti melik.
Revisi :
Tempoh menjadi "Tempo"
Wakil-Wakil Bangsa Indonesia menjadi "Atas Nama Bangsa Indonesia"
Djakarta, 17-08-'05 menjadi "Djakarta, hari 17 Boelan 08 Tahoen 05" (Tahun '05 = 2605, tahun Showa)
17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Saat itu para pemuda mengiginkan agar pembacaan teks proklamasi segera dilaksanakan karena mereka sudah tidak sabar untuk menyaksikan proklamasi kemerdekaan indonesia. Mereka mendesak Muwardi agar mengingatkan Ir. Sukarno agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan indonesia. Namun Sukarno menolak jika harus melaksanakannya sendiri tanpa didampingi Bung Hatta. Ketegangan pun terjadi lantaran Muwardi terus mendesak Sukarno untuk segera membacakan teks proklamasi tanpa harus menunggu kehadiran Bung Hatta. Untunglah, 5 menit sebelum pelaksanaan upacara, Bung Hatta datang dan langsung mendampingi Sukarno untuk segera melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
- Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Pengibaran bendera Merah Putih (oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat)
- Sambutan Walikota Jakarta Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar