Minggu, 16 Februari 2025

Sejarah Lengkap Kerajaan Majapahit

Sejarah Kerajaan Majapahit

Pendahuluan

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara dan bahkan di Asia Tenggara, dikenal sebagai puncak kejayaan peradaban Jawa pada abad ke-13 hingga ke-16. Majapahit dikenal dengan kemegahannya, baik dalam hal politik, ekonomi, sosial, maupun kebudayaan, dan menjadi pusat dari kerajaan maritim yang menguasai hampir seluruh kepulauan Indonesia, bahkan beberapa bagian Asia Tenggara. Meskipun kerajaan ini akhirnya runtuh, warisannya masih terasa kuat hingga saat ini. Artikel ini akan membahas sejarah lengkap Kerajaan Majapahit, mulai dari pendiriannya, masa kejayaan, hingga keruntuhannya.



Pendiri dan Asal-usul Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, seorang bangsawan yang sebelumnya adalah pengikut setia dari Kerajaan Singosari. Sebelum menjadi raja, Raden Wijaya sempat berperan dalam membangun aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain, serta memainkan peran penting dalam peristiwa yang mengakhiri Kerajaan Singosari.

Kerajaan Singosari yang berada di Jawa Timur runtuh pada tahun 1292 setelah raja terakhirnya, Kertanegara, dibunuh oleh Jayakatwang, seorang bangsawan dari Kediri. Dalam kekosongan kekuasaan tersebut, Raden Wijaya memanfaatkan situasi untuk mendirikan kerajaan baru, yang dikenal dengan nama Majapahit. Nama "Majapahit" berasal dari kata "maja" (buah maja) yang memiliki rasa pahit, namun ada pula yang berpendapat bahwa nama ini berasal dari gambaran simbolik akan kekuatan dan keteguhan kerajaan tersebut.


Pada tahun 1293, Raden Wijaya mengusir pasukan Mongol yang datang untuk menaklukkan Singosari, dan menggunakan kesempatan ini untuk mendirikan kerajaan Majapahit di daerah yang lebih strategis. Dengan bantuan dari pasukan Mongol, Raden Wijaya berhasil merebut kekuasaan dari Jayakatwang dan memulai pemerintahannya sebagai raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

Pemerintahan Raden Wijaya (1293-1309)

Raden Wijaya mendirikan Majapahit pada tahun 1293 dan menjadi raja pertama kerajaan tersebut. Pada awal pemerintahannya, ia menghadapi tantangan besar, termasuk ancaman dari pasukan Mongol yang awalnya datang untuk menyerang Singosari, serta pemberontakan dari dalam negeri. Meskipun begitu, Raden Wijaya menunjukkan kecakapan politiknya dengan berhasil mengalahkan Jayakatwang dan mengusir pasukan Mongol yang telah berusaha merebutnya.


Raden Wijaya mendirikan ibu kota kerajaan di Trowulan, yang terletak di daerah Mojokerto, Jawa Timur. Kota ini menjadi pusat pemerintahan dan kebudayaan Majapahit, dan melalui kebijakannya yang bijaksana, Raden Wijaya berhasil membangun fondasi bagi kerajaan yang lebih kuat.

Selama masa pemerintahan Raden Wijaya, Majapahit mulai memperkuat kekuasaannya. Ia memperluas wilayah kerajaan ke berbagai daerah di Jawa dan Bali, serta menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, termasuk Siam (Thailand), Kambuja (Kamboja), dan Cina.

Raden Wijaya memerintah hingga tahun 1309 dan digantikan oleh putranya, Jayanegara. Meskipun pemerintahan Raden Wijaya singkat, masa pemerintahannya tetap penting karena fondasi yang ia bangun untuk kerajaan yang lebih besar.

Pemerintahan Jayanegara (1309-1328)

Jayanegara, putra Raden Wijaya, naik takhta setelah kematian ayahnya pada tahun 1309. Pemerintahan Jayanegara sering digambarkan sebagai masa yang penuh ketegangan dan konflik. Selama pemerintahannya, Jayanegara menghadapi pemberontakan besar dari dalam negeri yang dipimpin oleh Ra Kuti, salah seorang pejabat tinggi yang merasa kecewa dengan kebijakan raja.

Meskipun demikian, Jayanegara berhasil mengatasi pemberontakan tersebut dan tetap mempertahankan kekuasaannya. Namun, masa pemerintahannya juga ditandai dengan ketidakstabilan politik yang cukup tinggi, termasuk masalah dengan para pejabat kerajaan dan ketidakpuasan masyarakat. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh dalam sebuah konspirasi oleh Tengku Wiraraja, yang pada akhirnya mengakhiri masa pemerintahannya.

Pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)

Setelah kematian Jayanegara, takhta kerajaan Majapahit jatuh kepada Tribhuwana Wijayatunggadewi, yang merupakan putri dari Jayanegara. Masa pemerintahan Tribhuwana dikenal sebagai masa stabilitas dan ekspansi bagi Majapahit. Ia berhasil mengatasi berbagai masalah internal dan memperkuat kekuasaan kerajaan, serta memperluas wilayah Majapahit lebih jauh lagi.


Salah satu pencapaian terbesar Tribhuwana adalah ekspansi Majapahit ke Sumatra dan Bali, serta memperluas pengaruhnya ke kerajaan-kerajaan di wilayah Asia Tenggara seperti Siam dan Kambuja. Ia juga mendorong penyebaran agama Hindu-Buddha di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Majapahit.

Pada masa pemerintahan Tribhuwana, kerajaan Majapahit mengalami kemajuan yang pesat dalam hal budaya, seni, dan perdagangan. Tribhuwana mendorong pembangunan candi-candi dan pusat-pusat kebudayaan yang menjadi simbol kejayaan kerajaan. Ia juga memerintah dengan kebijakan yang lebih adil, yang membuat Majapahit menjadi kerajaan yang semakin kuat dan dihormati.

Setelah memerintah selama 22 tahun, Tribhuwana menyerahkan tahta kepada putranya, Hayam Wuruk, yang kemudian menjadi raja terbesar dalam sejarah Majapahit.

Pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389)

Hayam Wuruk adalah raja yang memerintah Majapahit pada masa puncak kejayaannya. Masa pemerintahannya, yang berlangsung dari tahun 1350 hingga 1389, merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah Majapahit. Hayam Wuruk dikenal sebagai seorang raja yang cerdas, bijaksana, dan memiliki visi yang jauh ke depan. Di bawah pemerintahannya, Majapahit mencapai kemakmuran yang luar biasa dan menjadi kerajaan terbesar di Asia Tenggara.


Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada, seorang patih (perdana menteri) yang sangat berpengaruh, yang memiliki peran besar dalam memperluas wilayah Majapahit. Gajah Mada dikenal dengan cita-citanya yang sangat ambisius untuk menyatukan seluruh kepulauan Nusantara di bawah satu pemerintahan Majapahit. Cita-cita ini dikenal dengan Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati kenikmatan hidup sebelum berhasil mewujudkan penyatuan Nusantara.

Pemerintahan Hayam Wuruk juga ditandai dengan kemajuan dalam bidang seni, sastra, arsitektur, dan perdagangan. Pada masa ini, Majapahit menjadi pusat perdagangan maritim yang menghubungkan dunia Barat (India, Cina) dengan dunia Timur. Kerajaan ini juga memiliki hubungan diplomatik yang kuat dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dan Cina.

Hayam Wuruk juga memimpin pembangunan sejumlah candi besar, seperti Candi Panataran yang menjadi simbol kejayaan Majapahit.

Setelah 39 tahun memerintah, Hayam Wuruk meninggal dunia pada tahun 1389 dan digantikan oleh putranya, Vishnuwardhana, yang tidak dapat mempertahankan kejayaan Majapahit seperti ayahnya.

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, setelah ia berhasil mengalahkan Jayakatwang, penguasa Kediri, dengan bantuan pasukan Mongol. Raden Wijaya memanfaatkan peluang yang ada untuk mendirikan kerajaan baru dengan nama Majapahit. Masa pemerintahan Majapahit ditandai dengan sejumlah perubahan besar dalam struktur politik, yang menjadikannya sebagai salah satu kerajaan yang paling berpengaruh di Asia Tenggara.

Pemerintahan Majapahit

Majapahit merupakan kerajaan dengan sistem pemerintahan monarki, yang dipimpin oleh seorang raja sebagai penguasa tertinggi. Raja Majapahit tidak hanya memiliki kekuasaan politik, tetapi juga kekuasaan spiritual sebagai pelindung agama dan budaya kerajaan. Salah satu ciri khas dari pemerintahan Majapahit adalah adanya patih atau perdana menteri yang memiliki pengaruh sangat besar dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari. Salah satu patih paling terkenal adalah Gajah Mada, yang dikenal karena cita-citanya untuk menyatukan seluruh Nusantara dalam satu kesatuan politik yang disebut Vishnu (Negara Raya).


Di bawah kepemimpinan Gajah Mada, Majapahit berhasil melakukan ekspansi wilayah yang besar, mencakup banyak wilayah di Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan bahkan Semenanjung Malaya. Untuk mencapai tujuan ini, Gajah Mada memanfaatkan kekuatan militer yang besar dan kebijakan diplomasi yang bijak, serta mengandalkan hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan di luar Majapahit.

Struktur Pemerintahan

Struktur pemerintahan Majapahit terdiri atas beberapa tingkatan, dengan raja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, diikuti oleh patih yang menjadi tangan kanan raja dalam urusan administrasi dan pemerintahan sehari-hari. Selain itu, terdapat pula mantri-mantri atau pejabat-pejabat kerajaan yang mengurusi sektor-sektor tertentu, seperti keuangan, militer, dan kebudayaan.

Majapahit juga dikenal memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan-kerajaan tetangga, baik melalui perjanjian maupun ekspedisi militer. Hubungan diplomatik ini membuat Majapahit memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara dan menguasai jalur perdagangan yang menghubungkan Asia dengan India, Cina, dan Timur Tengah.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan kerajaan yang mengandalkan sistem ekonomi agraris dan perdagangan sebagai sumber kekayaan utamanya. Kehidupan ekonomi Majapahit dapat dibagi menjadi dua sektor utama, yaitu pertanian dan perdagangan.

Pertanian

Pertanian adalah sektor ekonomi utama di Majapahit, yang mendukung kehidupan sebagian besar rakyatnya. Tanah yang subur di Jawa, Sumatra, dan Bali memberikan hasil pertanian yang melimpah. Padi merupakan komoditas utama yang diproduksi di kawasan ini, namun selain padi, masyarakat Majapahit juga menanam tanaman seperti tebu, kelapa, singkong, dan rempah-rempah.

Untuk meningkatkan hasil pertanian, Majapahit memiliki sistem irigasi yang canggih, seperti yang tercermin dalam pengelolaan sistem irigasi Subak di Bali, yang juga merupakan warisan budaya Majapahit. Pemerintah Majapahit mengatur dan memelihara irigasi yang digunakan untuk mendistribusikan air ke sawah-sawah di berbagai wilayah kerajaan.

Perdagangan

Selain pertanian, perdagangan juga menjadi sektor penting dalam perekonomian Majapahit. Kerajaan ini dikenal sebagai pusat perdagangan besar yang menghubungkan Asia Tenggara dengan dunia luar. Majapahit memiliki pelabuhan-pelabuhan besar di sepanjang pantai Jawa dan Sumatra, yang menjadi tempat pertemuan pedagang dari Cina, India, Arab, hingga Eropa. Pelabuhan seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya merupakan pelabuhan utama yang digunakan untuk perdagangan rempah-rempah, tekstil, logam, dan barang-barang mewah.

Majapahit juga mengimpor barang-barang dari luar seperti logam, kain, dan bahan bangunan. Untuk mengatur perdagangan ini, Majapahit menggunakan sistem pajak dan pengawasan yang ketat, serta mendirikan pasar-pasar yang dikelola oleh pemerintah.

Mata Uang

Mata uang yang digunakan di Majapahit adalah uang logam yang terbuat dari perunggu dan emas yang dikenal dengan GOBOG WAYANG. Uang ini digunakan dalam transaksi perdagangan lokal maupun internasional. Selain itu, sistem barter juga masih dilakukan di beberapa wilayah, terutama dalam transaksi yang melibatkan barang-barang lokal seperti rempah-rempah.


Kehidupan Sosial Kerajaan Majapahit

Kehidupan sosial Majapahit dipengaruhi oleh sistem kasta yang ketat, di mana masyarakat dibagi menjadi beberapa lapisan. Masyarakat Majapahit umumnya terdiri dari raja dan bangsawan, priay (kaum bangsawan), wong cilik (rakyat jelata), dan budak.

Kasta dan Status Sosial

Pada puncak kejayaannya, Majapahit memiliki sistem kasta yang mirip dengan sistem kasta dalam masyarakat Hindu, di mana kasta tertinggi adalah Brahmana (pendeta), diikuti oleh Ksatria (kelas prajurit), Waisya (pedagang dan petani), dan Sudra (rakyat jelata atau pekerja). Kasta-kasta ini menentukan hak dan kewajiban setiap individu dalam masyarakat, serta mengatur hubungan antara golongan bangsawan dan rakyat biasa.

Peran Wanita

Wanita di Majapahit memainkan peran penting dalam kehidupan sosial dan politik, meskipun mereka biasanya terletak di bawah dominasi laki-laki dalam hierarki sosial. Beberapa tokoh wanita dalam sejarah Majapahit, seperti Dewi Suhita, istri Hayam Wuruk, menunjukkan peran perempuan yang aktif dalam pemerintahan dan dalam keputusan-keputusan besar kerajaan.

Agama dan Kepercayaan

Sebagian besar penduduk Majapahit menganut agama Hindu-Buddha, yang tercermin dalam banyaknya candi dan kuil yang dibangun pada masa ini. Kepercayaan Hindu-Buddha sangat mempengaruhi sistem nilai dan etika masyarakat, serta kehidupan sehari-hari mereka. Teks-teks agama dan upacara keagamaan memainkan peran penting dalam kehidupan rakyat Majapahit.

Kehidupan Hukum Kerajaan Majapahit

Sistem hukum di Majapahit didasarkan pada hukum adat yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, baik dalam hal keluarga, ekonomi, hingga hubungan antar kerajaan. Hukum adat ini mencakup berbagai aturan tentang pernikahan, warisan, kepemilikan tanah, serta pengaturan hukum mengenai pertanian dan perdagangan.

Hukum Majapahit dan Kitab-kitab Hukum

Kerajaan Majapahit memiliki kitab hukum yang menjadi pedoman bagi rakyat dan pejabat kerajaan, seperti Kutara Manawa yang berisi aturan-aturan moral dan etika yang harus diikuti oleh rakyat. Dalam bidang peradilan, Majapahit mengembangkan sistem pengadilan yang adil, dengan para hakim yang dikenal dengan sebutan Mahapatih yang memberikan keputusan berdasarkan hukum adat dan ajaran agama Hindu-Buddha.

Penerapan Hukum

Dalam praktek, hukum di Majapahit dijalankan dengan sangat ketat. Pelanggaran terhadap hukum, baik itu dalam bidang perdagangan, pertanian, atau tindak pidana lainnya, dapat dikenakan hukuman berat, termasuk denda, kerja paksa, atau bahkan hukuman mati. Hukum ini ditegakkan dengan tujuan untuk menjaga ketertiban dan keadilan di dalam kerajaan.

Kehidupan Budaya Kerajaan Majapahit

Budaya Majapahit sangat kaya dan beragam, mencakup seni, sastra, arsitektur, dan musik. Sebagai kerajaan yang besar dan maju, Majapahit menjadi pusat kebudayaan Hindu-Buddha di Asia Tenggara.

Sastra dan Literatur

Sastra Majapahit berkembang pesat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dengan banyak karya sastra yang ditulis oleh para cendekiawan dan penulis pada waktu itu. Salah satu karya sastra terbesar dari Majapahit adalah Nagarakretagama, sebuah epos yang ditulis oleh Mpu Prapanca yang menceritakan kejayaan Majapahit dan hubungan diplomatik kerajaan ini dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Selain itu, ada juga Kakawin (puisi epik) dan Pararaton (sejarah raja-raja) yang menjadi sumber penting bagi sejarah Majapahit.

Arsitektur dan Seni

Arsitektur Majapahit tercermin dalam banyaknya pembangunan candi dan bangunan besar yang mencerminkan kemegahan kerajaan. Candi Panataran, yang terletak di Blitar, Jawa Timur, adalah salah satu contoh candi besar yang dibangun pada masa Majapahit. Candi ini dikenal dengan ukiran-ukiran relief yang menggambarkan cerita sejarah kerajaan dan kehidupan keagamaan masyarakat.



Seni rupa Majapahit juga sangat maju, dengan banyaknya patung-patung dewa dan relief-relief yang menggambarkan mitologi Hindu-Buddha. Karya-karya seni ini menjadi bukti peradaban yang tinggi di Majapahit.

Musik dan Pertunjukan

Majapahit juga terkenal dengan seni musik dan tariannya. Musik tradisional, termasuk gamelan, berkembang pesat pada masa ini dan masih dapat ditemukan dalam budaya Bali dan Jawa hingga saat ini.



Kemunduran dan Keruntuhan Majapahit

Setelah masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mulai mengalami kemunduran. Beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan Majapahit adalah sebagai berikut:

  • Perebutan Takhta: Setelah kematian Hayam Wuruk, tidak ada pemimpin yang cukup kuat untuk menggantikan posisinya. Pemberontakan dan persaingan politik di dalam kerajaan mulai mengganggu kestabilan Majapahit. Selain itu, beberapa raja setelah Hayam Wuruk tidak memiliki kemampuan untuk mengelola kerajaan dengan baik.

  • Serangan dari Luar: Kerajaan Majapahit juga menghadapi ancaman dari luar, termasuk serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga yang ingin merebut wilayah Majapahit.

  • Perpecahan Internal: Ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda di dalam Majapahit semakin memperburuk situasi. Pada abad ke-15, konflik internal semakin meluas dan melemahkan kerajaan.

  • Pengaruh Islam: Penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah Nusantara juga memainkan peran dalam menurunnya pengaruh Hindu-Buddha yang dipegang oleh Majapahit. Kerajaan-kerajaan Islam yang berkembang di Jawa, seperti Demak, mulai mengikis kekuasaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit secara resmi runtuh pada awal abad ke-16, sekitar tahun 1527, ketika Demak, kerajaan Islam yang semakin kuat, menyerang ibu kota Majapahit dan menghancurkan pusat kekuasaannya. Namun, meskipun keruntuhan Majapahit terjadi, warisan budaya dan sejarahnya masih terus berlanjut hingga saat ini.

Warisan dan Pengaruh Majapahit

Majapahit meninggalkan warisan yang sangat penting bagi Indonesia dan dunia. Budaya, seni, sastra, dan politik Majapahit memengaruhi perkembangan kerajaan-kerajaan setelahnya, termasuk Mataram dan Bali. Pengaruh Majapahit juga tercermin dalam berbagai aspek budaya masyarakat Indonesia modern, terutama di Bali, yang masih mempertahankan banyak aspek kebudayaan Majapahit.

Majapahit juga dikenal sebagai pusat kebudayaan Hindu-Buddha yang sangat maju. Arsitektur dan seni lukis Majapahit, serta berbagai candi dan karya sastra yang dihasilkan, mencerminkan kejayaan kebudayaan kerajaan ini.

Kesimpulan

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkuat dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara. Dimulai dengan pendirian yang cerdik oleh Raden Wijaya, diikuti dengan masa kejayaan di bawah pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Hayam Wuruk, Majapahit mencapai puncak kejayaan dalam bidang politik, ekonomi, budaya, dan militer. Meskipun akhirnya runtuh akibat berbagai faktor internal dan eksternal, Majapahit meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Proses Invasi Jepang ke Wilayah Hindia-Belanda (Indonesia) 1942

Invasi Jepang ke Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) adalah bagian dari rencana ekspansi Jepang di Asia Tenggara selama Perang Dunia II. Pro...