Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Pendahuluan
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara yang berdiri sekitar abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Berpusat di Sumatra Selatan, Sriwijaya menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara dan menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Kejayaan Sriwijaya tercatat dalam berbagai prasasti dan catatan asing dari Tiongkok, India, serta Arab.
Asal-Usul dan Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Nama "Sriwijaya" berasal dari bahasa Sanskerta:
- Sri berarti "bercahaya" atau "gemilang."
- Wijaya berarti "kemenangan."
Kerajaan ini pertama kali disebut dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 M) yang ditemukan di Palembang. Prasasti ini menyebutkan seorang raja bernama Dapunta Hyang yang melakukan ekspedisi militer dan mendirikan kerajaan yang kuat.
Lokasi ibu kota Sriwijaya diperkirakan berada di Palembang, tetapi ada juga teori yang menyebutkan lokasi lain seperti Jambi atau Muara Takus (Riau).
Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Keberadaan Sriwijaya didukung oleh berbagai sumber sejarah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
1. Prasasti- Prasasti Sriwijaya
Berikut beberapa prasasti yang menjadi bukti sejarah Sriwijaya:
a. Prasasti Kedukan Bukit (682 M)
Ditemukan di Palembang. Menceritakan perjalanan Dapunta Hyang yang menaklukkan daerah baru dan mendirikan Sriwijaya.
b. Prasasti Talang Tuo (684 M)
Berisi doa untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan taman yang disebut Sriksetra.
c. Prasasti Kota Kapur (686 M)
Ditemukan di Bangka. Menunjukkan ekspedisi militer Sriwijaya untuk menaklukkan Jawa.
d. Prasasti Ligor (775 M)
Ditemukan di Thailand. Menyebutkan bahwa Sriwijaya memiliki pengaruh di Asia Tenggara.
e. Prasasti Nalanda (860 M)
Berisi hubungan Sriwijaya dengan India dan pengiriman pelajar ke Nalanda.
2. Catatan Asing Tentang Sriwijaya
a. Catatan Tiongkok
I-Tsing (671 M), seorang biksu Buddha dari Tiongkok, mencatat bahwa Sriwijaya adalah pusat pembelajaran agama Buddha di Asia.
Dinasti Tang mencatat bahwa Sriwijaya mengirim utusan ke Tiongkok pada abad ke-7 hingga ke-10.
b. Catatan Arab
Ibnu Batutah menyebutkan bahwa Sriwijaya dikenal oleh pedagang Arab sebagai "Zabaj" atau "Sribuza."
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Puncak kejayaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Faktor-faktor yang menyebabkan kejayaannya meliputi:
1. Penguasaan Jalur Perdagangan Maritim
Letak Sriwijaya sangat strategis di Selat Malaka, menjadikannya pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.
Mengontrol jalur dagang antara India, Tiongkok, dan Arab.
2. Keunggulan dalam Kemaritiman
Memiliki angkatan laut yang kuat untuk melindungi perdagangan.
Menjadi pusat perhentian dan perbaikan kapal dagang.
3. Hubungan Internasional yang Kuat
Menjalin hubungan baik dengan India, Tiongkok, dan Arab.
Banyak pelajar dari Sriwijaya belajar di Nalanda, India.
4. Pusat Agama Buddha di Asia Tenggara
Menjadi pusat penyebaran agama Buddha Mahayana.
Membangun vihara dan tempat pendidikan bagi biksu dari berbagai negara.
Sistem Pemerintahan, Ekonomi, Sosial, dan Agama
1. Sistem Pemerintahan
Berbentuk monarki, dengan raja sebagai pemimpin tertinggi.
Raja dianggap sebagai penguasa yang memiliki hubungan dengan dunia spiritual.
Kerajaan dikelola dengan sistem birokrasi yang mengawasi perdagangan dan pertahanan.
2. Kehidupan Ekonomi
Perdagangan: Sriwijaya mengendalikan perdagangan rempah-rempah, emas, dan hasil bumi.
Pertanian: Selain perdagangan, rakyat Sriwijaya juga bertani dan menangkap ikan.
Pajak: Kapal dagang yang melewati wilayah Sriwijaya dikenakan pajak.
3. Kehidupan Sosial
Terdiri dari raja, bangsawan, pedagang, petani, dan buruh.
Masyarakat terbuka terhadap pengaruh asing karena banyaknya interaksi dengan pedagang luar negeri.
Adanya kaum Brahmana dan biksu yang menjadi penasihat kerajaan.
4. Kepercayaan dan Agama
Mayoritas masyarakat menganut Buddha Mahayana.
Raja dianggap sebagai pelindung agama.
Banyak vihara dan pusat pendidikan agama Buddha didirikan.
Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 hingga akhirnya runtuh pada abad ke-13. Beberapa faktor penyebabnya antara lain:
1. Serangan dari Kerajaan Lain
Serangan Rajendra Chola (1017 & 1025 M) dari India melemahkan kekuatan militer Sriwijaya.
Serangan Kerajaan Singasari (1275 M) di bawah Kertanegara dalam Ekspedisi Pamalayu.
2. Munculnya Kerajaan-Kerajaan Pesaing
Kerajaan Kediri dan Singasari di Jawa mulai menguasai perdagangan.
Kerajaan Melayu Dharmasraya menggantikan Sriwijaya sebagai kekuatan baru di Sumatra.
3. Melemahnya Ekonomi
Sriwijaya kehilangan kendali atas jalur perdagangan.
Pajak yang tinggi menyebabkan pedagang beralih ke pelabuhan lain.
4. Perubahan Jalur Perdagangan
Perdagangan mulai bergeser ke Selat Sunda akibat aktivitas vulkanik yang mengubah aliran Sungai Musi.
Setelah abad ke-13, Sriwijaya tidak lagi menjadi kekuatan besar. Wilayahnya akhirnya dikuasai oleh kerajaan-kerajaan lain seperti Majapahit dan Kesultanan Malaka.
Peninggalan dan Warisan Budaya Sriwijaya
Sriwijaya meninggalkan banyak warisan sejarah yang masih bisa ditemukan hingga kini:
1. Prasasti-Prasasti
Prasasti Kedukan Bukit, Kota Kapur, Talang Tuo, dan Nalanda sebagai bukti kejayaan Sriwijaya.
2. Candi dan Vihara
Candi Muara Takus (Riau): Salah satu peninggalan arsitektur Buddha dari masa Sriwijaya. Kompleks Candi Muaro Jambi yang diduga sebagai pusat pendidikan Buddha.
3. Budaya Maritim
Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim terbesar di Nusantara, mewarisi tradisi pelayaran dan perdagangan yang masih berkembang hingga kini.
Kesimpulan
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara yang berkembang dari abad ke-7 hingga ke-13. Kejayaannya didukung oleh penguasaan jalur perdagangan, kekuatan angkatan laut, serta hubungan erat dengan India dan Tiongkok.
Namun, Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran akibat serangan dari Chola dan Singasari, serta pergeseran jalur perdagangan. Meski runtuh, warisan budaya Sriwijaya masih dapat ditemukan dalam prasasti, candi, dan jejak-jejak maritim Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar