Sejarah Kerajaan Singosari
Pendahuluan
Kerajaan Singosari adalah salah satu kerajaan besar yang pernah ada di pulau Jawa pada abad ke-13. Kerajaan ini memainkan peran penting dalam pembentukan kekuasaan politik, budaya, dan agama di Nusantara, meskipun kerajaan ini hanya bertahan kurang lebih 70 tahun. Singosari memiliki sejarah yang penuh intrik, perubahan politik, dan ambisi besar yang akhirnya mempengaruhi kelahiran Kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Artikel ini akan mengulas sejarah lengkap Kerajaan Singosari, mulai dari pendiriannya, masa kejayaan, hingga keruntuhannya.
Pendiri dan Asal-usul Kerajaan Singosari
Kerajaan Singosari didirikan pada tahun 1222 oleh Ken Arok. Ken Arok bukan berasal dari kalangan bangsawan, melainkan seorang pemuda biasa yang berasal dari desa kecil di wilayah Jawa Timur. Ken Arok awalnya hanya seorang perampok yang bergabung dengan kelompok pemimpin daerah, namun ia memiliki ambisi yang besar untuk memerintah. Ia memulai langkah politiknya dengan menjadi pemimpin Tumapel, sebuah kerajaan kecil di wilayah Malang.
Ken Arok tidak lama kemudian merebut takhta Tumapel dari Raja Tunggul Ametung, yang saat itu adalah penguasa Tumapel. Pembunuhan Tunggul Ametung menjadi titik awal terbentuknya kerajaan Singosari. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja dan mendirikan Kerajaan Singosari pada tahun 1222. Nama "Singosari" sendiri diyakini berasal dari gabungan kata "singa" (singa) dan "sari" (tempat), yang menggambarkan kekuatan dan kemegahan kerajaan tersebut.
Ken Arok juga dikenal sebagai sosok yang ambisius. Ia berhasil memperluas wilayah kerajaan dan membangun kekuatan politik yang kuat dengan membentuk aliansi dengan sejumlah raja dan bangsawan di sekitarnya. Meskipun demikian, perjalanan Ken Arok untuk memerintah tidaklah mulus karena berbagai konflik internal dan eksternal yang harus dihadapinya.
Masa Pemerintahan Ken Arok (1222-1227)
Ken Arok menjadi raja pertama Singosari dan memulai pemerintahannya dengan penuh ambisi. Selain mengalahkan Tunggul Ametung dan merebut takhta, Ken Arok juga memperkuat wilayah kerajaan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Singosari. Pada awal pemerintahannya, Ken Arok mendirikan pusat pemerintahan di daerah Singosari, yang terletak di dekat kota Malang, Jawa Timur.
Ken Arok memulai kebijakan-kebijakan yang memperkuat posisi politiknya. Ia mengorganisir militer dengan lebih baik dan memperkuat kekuasaannya melalui pemerintahan yang sentralistik. Meskipun ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang keras, Ken Arok juga memperkenalkan berbagai reformasi yang mendorong perkembangan sektor ekonomi, terutama pertanian dan perdagangan.
Namun, meskipun Ken Arok berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya, pemerintahannya berakhir dengan tragedi. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh oleh anak angkatnya, Anusapati. Kematian Ken Arok adalah hasil dari persaingan internal di dalam keluarga kerajaan, yang memperlihatkan betapa rumitnya struktur politik di Singosari pada masa itu. Ken Arok digantikan oleh Anusapati yang melanjutkan perjuangan politiknya.
Pemerintahan Anusapati (1227-1253)
Setelah kematian Ken Arok, takhta Kerajaan Singosari jatuh ke tangan Anusapati, putra Ken Arok dari permaisuri Ken Dedes. Masa pemerintahan Anusapati berlangsung selama 26 tahun (1227-1253), dan di bawah pemerintahannya, Singosari mengalami masa kejayaan yang pesat. Anusapati dikenal sebagai raja yang bijaksana, yang berhasil menjaga stabilitas kerajaan meskipun dihadapkan pada tantangan politik dari berbagai pihak.
Anusapati berhasil memperluas wilayah Singosari dan mengonsolidasikan kekuasaan kerajaan. Selama pemerintahannya, ia memfokuskan upaya untuk membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara dan luar Nusantara. Anusapati juga mendirikan sejumlah proyek infrastruktur, termasuk pembangunan candi dan tempat-tempat ibadah, yang berfungsi sebagai pusat kebudayaan dan agama.
Namun, meskipun Anusapati memerintah dengan stabil, ia juga menghadapi ketegangan politik dengan kelompok bangsawan yang ingin merebut kekuasaan. Meskipun demikian, Anusapati berhasil mengatasi persaingan tersebut dan mempertahankan posisi kerajaan Singosari di puncak kejayaan.
Pada tahun 1253, Anusapati meninggal dunia, dan takhta kerajaan kembali berpindah ke tangan putranya, Ranggawuni.
Pemerintahan Ranggawuni (1253-1273)
Ranggawuni, putra Anusapati, menjadi raja Singosari setelah kematian ayahnya. Pemerintahan Ranggawuni berlangsung selama 20 tahun, dari tahun 1253 hingga 1273. Masa pemerintahannya bisa dianggap sebagai masa kejayaan Singosari. Ranggawuni melanjutkan kebijakan ayahnya untuk memperluas kekuasaan dan menjaga stabilitas kerajaan. Ia juga melakukan sejumlah reformasi dalam administrasi kerajaan yang memperkuat posisinya di antara kerajaan-kerajaan lainnya di Jawa.
Pada masa pemerintahan Ranggawuni, Singosari semakin berkembang dan memperluas wilayahnya ke berbagai daerah. Ranggawuni juga meningkatkan hubungan perdagangan dengan luar negeri, seperti kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dan Cina. Di sisi kebudayaan, masa pemerintahan Ranggawuni juga dikenal dengan meningkatnya pembangunan candi dan karya seni.
Namun, pada tahun 1273, Ranggawuni meninggal dunia, dan posisinya digantikan oleh putranya yang paling terkenal, yaitu Kertanegara. Pemerintahan Kertanegara menjadi salah satu masa yang paling bersejarah bagi Singosari, karena ia berusaha memperbesar pengaruh kerajaan ini di luar pulau Jawa.
Pemerintahan Kertanegara (1273-1292)
Kertanegara adalah raja Singosari yang terakhir dan juga merupakan salah satu yang paling terkenal dalam sejarah kerajaan ini. Ia memerintah dari tahun 1273 hingga 1292, dan di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya. Kertanegara dikenal sebagai seorang raja yang ambisius, visioner, dan memiliki cita-cita besar untuk memperluas kekuasaan Singosari.
Salah satu pencapaian terbesar Kertanegara adalah upaya untuk menyatukan pulau Jawa di bawah kekuasaannya. Pada tahun 1289, Kertanegara mengirimkan utusan ke Cina untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Dinasti Yuan. Kertanegara juga berusaha memperluas wilayah Singosari ke luar Jawa, dengan melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah di luar pulau Jawa, termasuk Sumatra.
Pada tahun 1292, setelah menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitar Singosari, Kertanegara menghadapi pemberontakan dari dalam negeri. Pemberontakan ini dipimpin oleh Jayakatwang, seorang bangsawan dari Kediri, yang merasa bahwa dirinya lebih berhak atas takhta Singosari. Pemberontakan ini berakhir dengan kematian Kertanegara dan jatuhnya Kerajaan Singosari ke tangan Jayakatwang, yang kemudian mendirikan Kerajaan Kediri.
Runtuhnya Kerajaan Singosari
Kejatuhan Singosari merupakan akhir dari perjalanan panjang kerajaan ini. Setelah kematian Kertanegara pada tahun 1292, Jayakatwang mengambil alih kekuasaan dan mendirikan Kerajaan Kediri sebagai pengganti Singosari. Namun, meskipun Singosari telah runtuh, pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam pembentukan Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya, salah satu pengikut Kertanegara yang setia, berhasil melarikan diri dan mendirikan kerajaan baru yang lebih besar, yaitu Kerajaan Majapahit. Majapahit kelak menjadi kerajaan terbesar di Indonesia dan memperluas kekuasaannya ke hampir seluruh Nusantara, serta melanjutkan banyak kebijakan dan tradisi yang diterapkan oleh Kerajaan Singosari.
Peninggalan dan Warisan
Meskipun kerajaan Singosari runtuh, warisan budaya dan sejarahnya tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Salah satu peninggalan terbesar dari Kerajaan Singosari adalah Candi Singosari, yang terletak di daerah Malang, Jawa Timur. Candi ini dibangun pada masa pemerintahan Kertanegara dan merupakan simbol kejayaan kerajaan ini. Candi Singosari memiliki relief yang menggambarkan kisah-kisah sejarah, termasuk kisah Ken Arok dan raja-raja Singosari lainnya.
Selain itu, Kerajaan Singosari juga memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan agama Hindu dan Buddha di Jawa. Pada masa pemerintahannya, Singosari menjadi pusat kebudayaan dan agama yang penting, dengan banyak candi dan tempat ibadah yang dibangun sebagai simbol kejayaan kerajaan.
Kerajaan Singosari juga memainkan peran dalam perkembangan seni arsitektur di Jawa. Banyak candi yang dibangun selama pemerintahan Singosari memiliki ciri khas arsitektur yang kemudian berlanjut pada masa Majapahit.
Sumber-Sumber Kerajaan Singosari
1. Prasasti-Prasasti
Prasasti adalah sumber utama dalam mempelajari sejarah Kerajaan Singosari. Beberapa prasasti yang ditemukan memberikan informasi tentang kerajaan ini, termasuk pemerintahan, kebijakan politik, agama, dan kebudayaan pada masa itu.
Prasasti Tumpang Sewa (1294 M) Prasasti ini ditemukan di daerah Tumpang, Malang, Jawa Timur. Prasasti ini diperkirakan dikeluarkan pada masa pemerintahan Kertanegara, raja Singosari terakhir, yang menggambarkan pengaruhnya serta kebijakan pemerintahannya dalam memperluas wilayah. Prasasti ini merupakan salah satu bukti sejarah yang mengaitkan Singosari dengan hubungan internasional, terutama dengan Dinasti Yuan di Cina.
Prasasti Singosari (1275 M) Prasasti ini ditemukan di daerah Singosari, Malang. Berisi informasi mengenai raja Singosari, Kertanegara, dan hubungan politik kerajaan dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Prasasti ini menggambarkan keberadaan Singosari pada masa pemerintahan Kertanegara, serta memberikan petunjuk mengenai ekspansi politik kerajaan tersebut.
Prasasti Penanggungan (1252 M) Prasasti ini memberikan informasi tentang raja Singosari saat itu, yaitu Anusapati. Berisi tentang upacara keagamaan dan hubungan kerajaan Singosari dengan kerajaan-kerajaan tetangga, termasuk Kediri.
2. Kitab-Kitab Sejarah
Selain prasasti, sumber lain yang penting dalam mempelajari Kerajaan Singosari adalah kitab-kitab sejarah yang ditulis oleh sejarawan atau cendekiawan pada masa itu maupun setelahnya. Beberapa karya tersebut mencatat berbagai peristiwa dan tokoh penting dalam sejarah Singosari.
Nagarakretagama Kitab ini adalah karya dari Mpu Prapanca yang ditulis pada abad ke-14, saat Kerajaan Majapahit masih berjaya. Meskipun fokus utama dari kitab ini adalah Kerajaan Majapahit, ada bagian dalam teks ini yang mengisahkan tentang Kerajaan Singosari dan tokoh-tokoh pentingnya, seperti Kertanegara. Meskipun tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai sumber primer untuk Singosari, Nagarakretagama memberikan wawasan mengenai warisan Singosari yang berlanjut dalam masa Majapahit.
Pararaton Pararaton adalah karya sastra yang ditulis pada abad ke-15 dan dikenal sebagai "Kitab Raja-Raja" yang menceritakan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa, termasuk Kerajaan Singosari. Kitab ini memberikan banyak informasi tentang kerajaan Singosari, khususnya mengenai kehidupan dan pemerintahan Ken Arok, Anusapati, Kertanegara, serta peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Singosari, seperti pemberontakan dan perebutan takhta.
3. Candi dan Peninggalan Arkeologis
Selain prasasti dan kitab sejarah, peninggalan arkeologis, seperti candi-candi, juga menjadi sumber penting dalam mempelajari sejarah Kerajaan Singosari. Candi-candi ini memberikan gambaran mengenai budaya, agama, dan kehidupan sosial pada masa Singosari.
Candi Singosari Candi Singosari adalah candi terbesar yang dibangun pada masa pemerintahan Kertanegara di Singosari. Candi ini dipersembahkan untuk menghormati para leluhur kerajaan. Candi Singosari yang terletak di Malang ini berisi relief-relief yang menggambarkan kisah-kisah dari kerajaan Singosari, termasuk kisah Ken Arok dan raja-raja Singosari lainnya.
Candi Jago Candi Jago terletak di dekat Singosari dan diperkirakan dibangun pada masa Singosari, tepatnya pada masa pemerintahan Kertanegara. Candi ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena diperkirakan sebagai tempat pemakaman para raja Singosari.
Candi Kidal Candi Kidal, yang terletak di dekat Singosari, didirikan pada masa pemerintahan Anusapati. Candi ini digunakan sebagai tempat pemakaman raja Singosari pertama yang meninggal pada 1253 M. Candi ini menunjukkan aspek religius dan kebudayaan pada masa Singosari.
4. Catatan Sejarah Luar Negeri
Selain sumber-sumber lokal, ada juga catatan sejarah dari luar negeri yang menyebutkan tentang Kerajaan Singosari. Salah satunya adalah catatan perjalanan para pedagang, utusan, dan penulis asing yang berkunjung ke Nusantara pada masa tersebut.
Catatan dari Tiongkok Pada masa pemerintahan Kertanegara, utusan dari Singosari mengunjungi Dinasti Yuan di Cina. Dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok, terdapat informasi mengenai hubungan diplomatik antara Singosari dan Cina, serta penuturan mengenai Kertanegara sebagai seorang raja yang ambisius. Beberapa catatan sejarah Tiongkok mencatat ekspedisi Singosari yang menghubungkan kerajaan ini dengan dunia luar.
Catatan dari India Terdapat beberapa referensi dalam catatan sejarah India yang menyebutkan tentang perdagangan dan interaksi antara kerajaan-kerajaan di Jawa, termasuk Singosari, dengan kerajaan-kerajaan di India. Hubungan ini berfokus pada pertukaran barang-barang seperti rempah-rempah dan budaya agama Hindu dan Buddha.
5. Penelitian Arkeologi Modern
Selain sumber-sumber tertulis dan peninggalan fisik, penelitian arkeologi modern juga telah banyak memberikan kontribusi terhadap pemahaman sejarah Kerajaan Singosari. Penelitian arkeologi ini sering dilakukan di sekitar situs-situs penting seperti Singosari, Malang, dan Kediri. Penemuan-penemuan baru, termasuk prasasti dan struktur bangunan, terus memberikan wawasan baru tentang kehidupan dan kebudayaan pada masa kerajaan ini.
Kesimpulan
Kerajaan Singosari adalah salah satu kerajaan besar yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Indonesia. Meskipun hanya bertahan sekitar 70 tahun, Singosari meninggalkan warisan yang sangat berharga dalam perkembangan politik, budaya, dan agama di Jawa dan Nusantara. Keberhasilan Ken Arok dalam mendirikan kerajaan ini, serta kepemimpinan para rajanya yang ambisius dan penuh intrik, menjadikan Singosari sebagai salah satu kerajaan yang penting dalam sejarah Indonesia. Runtuhnya Singosari tidak berarti berakhirnya pengaruhnya, karena banyak kebijakan dan tradisi kerajaan ini yang dilanjutkan oleh Kerajaan Majapahit yang lebih besar dan lebih kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar